“Alhamdulillah, kami berhasil mengevakuasi artefak prasejarah yang dikenal sebagai Batu Dakon. Benda ini ditemukan tertanam di puncak kedua Gunung Tangkil dan segera diamankan guna mencegah kerusakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab,” ujarnya.
Evakuasi ini menjadi langkah awal dalam upaya mengungkap jejak kehidupan masa lalu yang tersembunyi di wilayah tersebut.
Penelitian ini merupakan bagian dari kerja sama resmi antara BRIN dan Ponpes Dzikir Alfath yang dituangkan dalam MoU Nomor 36, ditandatangani pada Maret 2025. Proyek ini melibatkan para ahli dari berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta.
“Penelitian Tahap IV ini merupakan kelanjutan dari tiga tahap sebelumnya. Di tahap ini, pendekatan yang digunakan lebih mendalam, dengan tidak hanya meneliti koleksi museum, tetapi juga mencocokkannya langsung dengan lokasi penemuannya,” jelas KH Fajar.
Para peneliti memusatkan perhatian pada tiga fokus utama: pencocokan artefak batu dan fosil museum dengan lokasi asalnya, kajian terhadap naskah-naskah kuno Sunda, serta klasifikasi ulang terhadap ribuan keramik kuno yang selama ini belum diteliti secara menyeluruh.
“Salah satu hasil penting dari penelitian ini adalah terverifikasinya asal-usul sejumlah koleksi museum. Gunung Karang menjadi salah satu lokasi kunci yang diteliti, di mana struktur bebatuannya terbukti identik dengan beberapa artefak museum, termasuk batu berbentuk hewan dan kerang laut,” tambahnya.

