SMA ISLAM TERPADU AL-FATH

SENI BUDAYA PENCAK SILAT

Adapun kesenian yang dikembangkan di sekolah kami SMA IT AL-FATH yakni kesenian tradisional warisan budaya tak benda dunia yaitu pencak silat menjadi salah satu ekstrakulikuler wajib yang harus di ikuti.

Guru Besar PS Sang Maung Bodas
KH. Muhammad Fajar Laksana

SEJARAH SINGKAT PS SANG MAUNG BODAS

Perguruan Silat Sang Awi Koneng Maung Bodas didirikan oleh Bapak KH RA Muhammad Fajar Laksana Samayuda Wangsa Negara sekaligus sebagai pendiri Pesantren Modern Dzikir Al-Fath dan juga pemimpin museum Prabu Siliwangi, Pencipta seni olahraga tradisional Maen Bola Leungeun Seuneu dan Ngagotong Lisung yang menjadi Ikon Budaya Kota Sukabumi .

 

Sejak Tahun 1996 sudah membuka latihan silat di majlis Dzikir dan Aurod Bashorun Fuadun di nangeleng kota Sukabumi, latihan silat ini dilaksanakan setelah melaksanakan sholat isya setelah pengajian, maka jam 10 malam para santri latihan silat. Maka latihan silat ini tidak lepas dari budaya santri yang rajin sholat, kemudian melakukan silaturahmi dikalangan para santri dengan latihan silat, sehingga lahirnya bela diri silat tidak lepas dari pondok pesantren yang diajarkan oleh para kyai, karena silat tidak lepas dari SANTRI, SHOLAT, DAN SILATURAHMI DENGAN SILAT.

 

Ilmu Silat maung bodas ini dibor di pesantren dan majelis dzikir setelah para santri sholat dan ngaji, yang dulunya ilmu beladiri silat sang maung bodas merupakan warisan dari orang tua atau leluhur sejak zaman pajajaran, yang di pelihara dan mengajar kepada putra-putra nya setelah pengajian yang asal muasalnya dari seni silat sang maung bodas padjajaran kemudian seni silat Sang Maung Bodas ini telah mendapatkan tambahan-tambahan karena pengalaman dari pendiri perguruan yang belajar kepada beberapa perguruan silat lainnya diantaranya Perguruan Silat Tenaga Dasar ( PSTD ) dan perguruan GB Sanalika di melong asih Bandung, serta belajar secara pribadi ilmu Beladiri dari guru–guru spritual dan guru thareqat yang ada di Jawa dan Nusantara.

 

Setelah belajar mengajar dan mengembangkan Seni Pencak Silat Aliran Sang Maung Bodas inni maka kemudian di resmikan masuk IPSI tanggal 28 Januari 2011 dan menjadi HUT PS Sang Maung Bodas.

 NGAGEULIS ( NGAGOTONG LISUNG )

 

NGAGEULIS ( NGAGOTONG LISUNG ) YANG D TETAPKAN MENJADI WARISAN BUDAYA TAK BENDA PROVINSI JAWA BARAT

 

Asal Mula Lisung Pajajaran

Lisung Pajajaran pertama kali dibuat dari Kayu Jati, lisung dalam Kitab Suwasit artinya Liang Sanghiyang Agung atau Lubang kekuatan dari Yang Maha Agung, simbol pelajaran adanya kekuatan yang maha kuasa dalam kehidupan manusia.
Lisung Pajajaran sebagai simbol adanya kekuatan dari Yang Maha Agung (Allah SWT) dibuat dalam bentuk perahu sebagai simbol kehidupan manusia yang memiliki 3 lubang kekuatan, hal ini dijelaskan dalam sejarah Lisung Pajajaran yang terdapat dalam kitab Suwasit :

“Lisung anu awal didamel lisung tina kayu jati, sareng harti lisung teh LIANG SANGHIYANG AGUNG ARTINA KAKUATAN ANU MAHA AGUNG, sareng liang lisung aya tilu hartina tilu kakuatan kahiji anu tengah kakuatan tinu maha agung sareng anu dua euta teh kakuatan ti panguasa sareng katilu kakuatan ti Rahayat, jenten teutiasa dipisahkeun kedah dihijikeun.Sareng ari hasil panen ti alam keudah disukurkeun ka nu maha agung sareng diimbangkeun ku penguasa sareng rahayat. Janten sadayana upami aya hasil panen keudah di pasrahkeun kanu maha agung sareng keudah di syukuran ku rahayat sareng panguasa. Sareng kayu jati euta kayu anu kuat, sareng syukuran teh kedah kuat dipasrahkeun kanu maha Agung, ari tangkal jati akar na kuat sapertos kayakinan urang keudah kuat kanu Maha Agung, sareng dauna anu galede euta kedah jadi ngiuhan kanu dihandapeuna janten sadayana kedah dihijikeun antara rahayat Anu maha Agung sareng Panguasa. Sareung sadaya asal mula Lisung antara tilu kakuatan, Anu Maha Agung, sareng Rahayat, Sareng Panguasa, sareng bentuk Lisung sapertos perahu, euta ciri nu leumpang kahirupan teu meunang dipisahkeun antara anu tilu euta”.

 

Artinya “Lisung yang pertama kali dibuat dari kayu jati arti lisung adalah liang sanghiyang agung artinya kekuatan dari Yang Maha Agung , Ada 3 lubang dalam lisung artinya ada 3 kekuatan dalam lisung yaitu lubang yang pertama yang ditengah artinya kekuatan dari Yang Maha Agung, yang kedua kekuatan dari Penguasa dan ketiga kekuatan dari Rakyat, jadi tidak bisa dipisahkan harus disatukan, sedangkan hasil panen dari alam harus disyukurkan ke Yang Maha Agung Allah SWT dan harus dibarengi dengan kekuatan Penguasa dan Rakyat, jadi hasil panen yang diterima harus disyukurkan dipasrahkan ke Yang Maha Agung Allah SWT serta disyukuri oleh Penguasa dan Rakyat. Sedangkan kayu jati itu adalah kayu yang kuat, maka syukuran itu harus kuat dipasrahkan kepada Yang Maha Agung Allah SWT, selanjutnya akar pohon Jati kuat seperti keyakinan kita harus kuat kepada Yang maha Agung, daun kayu Jati itu besar itu harus menjadi peneduh bagi yang ada dibawah pohon jati, semuanya harus disatukan antara Yang maha Agung Allah SWT, dengan usaha dan ihktiar dari Penguasa dan Rakyat. Asal Mula Lisung semuanya berasal dari 3 kekuatan Yang Maha Agung, Penguasa dan Rakyat, dan bentuk lisung seperti perahu, itu seperti berjalannya kehidupan, tidak boleh dipisahkan diantara 3 kekuatan tadi.

Asal mula Lisung tadi kemudian dijadikan pelajaran yang setiap hari di ajarkan kepada rakyat Pajajaran melalui fungsi lisung sebagai alat untuk menumbuk padi dari Pare ditumbuk menjadi beras, karena beras salah satumakanan utama masyarakat pajajaran selain HUI, TALAS dan IWUNG.Sehingga Lisung sebagai alat utama untuk kehidupan manusia, maka lisung diartikan Liang Sanghiyang agung kekuatan ANU MAHA AGUNG yaitu bersyukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA Allah SWT atas rijki yang telah diberikan kepada manusia. Maka lisung pada jaman Pajajaran sebagai alat untuk bersyukur kepada Allah SWT, sehingga Lisung sendiri sebagai alat penumbuk padi juga sebagai siloka pelajaran bagi rakyat Pajajaran yag memiliki 3 lubang yang artinya adanya 3 kekuatan, dibuat dalam bentuk perahu yang artinya gambaran kehidupan masyarakat Pajajaran dan Lisung memiliki pasangannya yaitu Halu di Pajajaran disebut LULUMPANG sebagai alat penumbuk Padi yang diartikan sebagai alat pemersatu atau menguatkan 3 kekuatan yang digambarkan oleh 3 lubang dalam lisung.

 

Lisung Pajajaran yang di buat oleh Prabu Siliwangi dan para sesepuh Pajajaran untuk memberikan pelajaran bagi Rakyat supaya bisa hidup damai dan sejahtra dengan kepemimpinan Prabu Siliwangi, selain juga di gunakan sebagai alat penumbuk Padi. Sengaja oleh Prabu Siliwangi dibuatkan Siloka atau pelajaran kepada rakyat melalui Lisung, karena setiap hari rakyat Pajajaran menggunakan Lisung untuk menumbuk padi maka setiap hari rakyat Pajajaran di didik oleh Lisung agar hidup damai sejahtra, sehingga dalam Kitab Suwasit Lisung merupakan siloka pelajaran dari Prabu Siliwangi kepada Rakyat Pajajaran yang memiliki makna atau arti yang sangat luas, yang disimbolkan oleh Lisung dalam bentuk perahu yang memiliki 3 lubang dan Halu atau Lulumpang sebagai pasangan lisung, yang kemudian memiliki makna sebagai pelajaran hidup bermasyarakat dan berbangsa.

 

Makna atau arti dari lisung yang memiliki 3 Lubang yaitu Lubang lisung yang di tengah yang paling besardi pajajaran dalam Kitab Suwasit Museum Prabu Siliwangi, disebut LAWANG SANGHIYANG AGUNG yaitu lubang yang paling besar artinya kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa, lubang kedua di Pajajaran disebut LAWANG BATARA SUNGKIlubang lisung yang ada didepan artinya kekuatan dari Penguasa (Birokrat) sebagai Pemimpin Masyarakat, lubang ketiga yang ada dibelakang, di Pajajarn disebut LAWANG PANJANANG artinya kekuatan dari Rakyat. Ke 3 lubang tadi kemudian di kuatkan oleh pasangan Lisung yaitu LULUMPANG (HALU) LULUMPANG (HALU) sebagai alat penumbuk padi, di jaman Pajajaran dalam Kitab Suwasit mengandung siloka sebagai Alat untuk menguatkan mempersatukan kekuatan Dari Allah SWT, Kekuatan Penguasa (Pemerintah) dan Kekuatan dari Rakyat, Ketiga kekuatan tadi dipersatukan oleh Halu atau dalam bahasa Pajajaran disebut LULUMPANG. Maka kemudian Lisung dibuat dalam bentuk perahu yang menggambarkan kehidupan masyarakat atau kehidupan suatu bangsa, digambarkan dalam Lisung Pajajaran.

 

Secara keseluruhan Lisung yang dibuat dalam bentuk Perahu yang memiliki 3 lubang kekuatan yang kemudian dikuatkan oleh Halu atau Lulumpang dapat diartikan sebagai suatu siloka pelajaran yang berarti LISUNG PAJAJARAN yaitu menggambarkan kehidupan masyarakat akan berjalan dengan baik, damai dan sejahtra apabila selaras, seimbang dan bersatu 3 kekuatan yang utama yaitu kekuatan dari Sang Maha Kuasa, kedua Kekuatan Penguasa dan ketiga Kekuatan Rakyat, yang dipersatukan, dikokohkan oleh kepemimpinan dari raja yang agung Prabu Siliwangi.
Berdasarkan makna dari LISUNG PAJAJARAN tersebut, maka Prabu Siliwangi membuat Lisung Pajajaran agar dapat menjadi pelajaran bagi rakyat Pajajaran, sehingga setiap hari Rakyat Pajajaran memahami arti menjaga keseimbangan tiga kekuatan yang menjamin roda kehidupan berjalan dengan baik dengan kepemimpinan Sang Maha Raja Prabu Siliwangi. 

Makna Lisung Pajajaran Dalam Kerajaan atau Pemerintahan

Lisung Pajajaran yang dibuat oleh Prabu Siliwangi memiliki 3 lubang dan 1 lulumpang (Halu).Lubang lisung yang di tengah yang paling besar disebut LAWANG SANGHIYANG AGUNG, lubang kedua di depan lisung disebut LAWANG BATARA SUNGKIlubang ketiga yang ada dibelakang disebut LAWANG PANJANANG.
Lisung dibuat dengan bentuk Perahu yang menggambarkan jamaah atau suatu Negara yang berjalan dalam suatu kehidupan di samudra lepas yaitu kehidupan dunia, yang oleh Allah jelaskan sebagai suatu kehidupan manusia di dunia yang akan diuji dan dicoba dalam rangka melihat siapa manusia yang memiliki amal yang baik, kehidupan didunia digambarkan oleh perahu yang dihantam dan diombang-ambing oleh gelombang samudra sebagai suatu gelombang kehidupan untuk melihat apakah suatu bangsa atau jamaah dapat bertahan hidup dan terus melaju atau berjalan menuju tujuan dengan selamat, atau tenggelam dalam hantaman badai kehidupan seperti gambaran perahu Nabi NUH as, 

oleh karena itu maka lisung menggambarkan bagaimana caranya manusia sebagai suatu bangsa bisa menjalani roda kehidupan dengan selamat, maka digambarkan dengan adanya 3 lubang kekuatan dalam lisung sebagai suatu bangsa yang kemudian dipimpin oleh Halu (Lulumpang) yang mengarahkan dan memimpin perahu selamat mencapai suatu tujuan.

 

LAWANG SANGHIYANG AGUNG yaitu lubang yang paling besar artinya kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa, lubang kedua di Pajajaran disebut LAWANG BATARA SUNGKI lubang yang didepan artinya kekuatan dari Penguasa (Birokrat), lubang ketiga yang ada dibelakang disebut LAWANG PANJANANG artinya kekuatan dari Rakyat. Ke 3 lubang tadi kemudian di kuatkan oleh pasangan Lisung yaitu LULUMPANG (HALU).
Lawang Sanghiyang Agung lubang lisung yang paling besar memberikan makna bahwa rakyat Pajajaran meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan alam semesta sehingga rakyat Pajajaran meyakini adanya kekuatan yang paling besar dan menentukan dalam kehidupan yaitu kekuatan dari Sang Maha Pencipta Allah SWT, maka rakyat Pajajaran adalah masyarakat Religius, berketuhanan Yang Maha Esa, meyakini ada nya Sang Maha Pencipta Tuhan yang Satu Allah SWT karena Prabu Siliwangi telah Islam di Islamkan oleh Syekh Quro, maka tentunya masyarakat Pajajaran dan Prabu Siliwangi menyadari bahwa manusia itu tidak memiliki kekuatan karena sang pemilik kekuatan adalah Allah SWT, yang Tunggal yang Maha Kuasa, itu siloka gambaran dari Lawang Lisung yang pertama yang paling besar yang ada ditengah lisung Pajajaran, lawang Sanghiyang Agung, artinya Pintu Kekuatan dari Allah SWT.

 

Lawang Batara Sungki yaitu lubang lisung yang ada didepan memberikan makna bahwa kesejahtraan rakyat sangat tergantung kepada kemampuan kerajaan atau system dari pemerintahan yang mengatur kehidupan masyarakatnya, jika system pemerintah tidak berjalan dengan baik karena lemahnya peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat maka akan tidak berjalan program pembangunan, maka akan berakibat terhadap menurunya kesejahtraan masyarakat, oleh karena itu kekuatan dari kepemerintahan atau Lubang Batara Sungki akan sangat menentukan terhadap kesejahtraan masyarakat. Kekutan dari Lawang Batara Sungki adalah Undang-Undang yang mengatur kehidupan masyarakat, sehingga pemerintah atau kerajaan mampu menjadi regulator, fasilitator dan dinamisator dalam membangun masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang damai sejahtra beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

 

Lawang Panjanang yaitu lubang lisung yanga ada dibelakang merupakan kekuatan dari rakyat yaitu kemampuan rakyat dalam menjaga kemandirian kehidupanya, rakyat yang memiliki kekuatan adalah rakyat yang cerdas memiliki mental spiritual dan budaya kerja yang baik, mandiri dalam bekerja, dan memiliki tingkat kesehatan yang baik sehingga bisa membangun bangsa dan negaranya selaras dengan perencanaan program pembangunan yang telah dibuat oleh rakyat bersama-sama dengan pemerintah.Kekuatan dari Lawang Panjanang adalah kekuatan rakyat yang mampu membangun bangsa dan negaranya sehingga mampu menciptakan masyarakat yang damai sejahtra beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

 

Lulumpang (Halu) kekuatan halu adalah kekuatan dari seorang pemimpin yang memiliki kekuatan ilmu dan kemampuan fisik atau jasmani untuk melaksanakan program-program pembangunan yang telah direncanakan bersama dengan rakyatnya, pemimpin yang baik pemimpin yang cerdas dan kuat punya kemampuan untuk membuat rencana program pembanguan yang visioner memahami hikmah jauh kedepan, mengorganisir hikmah visi yang visioner dengan menggerakan atau mengarahkan seluruh potensi dan sumberdaya yang ada serta mengawasi semua program yang telah diarahkan dengan tegas dan adil, memberikan penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman kepada yang bersalah untuk menciptakan masyarakat yang damai adil sejahtra beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Kekuatan Halu atau Lulumpang kemudian di diterjamahkan kedalam iteuk ki Sunda sebagai tongkat Komando untuk mengerakan potensi orang sunda dan sumber daya alam yang ada di tatar sunda agar orang sunda bisa Mandiri Jaya dan Sejahtra, oleh Karena itu kemudian Halu atau Lulumpang ditransformasikan kedala Iteuk Ki Sunda yang dijabarkan dalam dialog Mapag Pangagung Waruka Sakabumi Pajajaran yaitu:

 

SAMPURASUN KA PANGAGUNG SAKABUMI PAJAJARAN, KIPATIH SAPARAKANCA MAPAG ANDIKA KANGGO MASRAHKEUN NOBATKEUN KA PANGAGUNG SAKABUMI ITEUK ALIF KARUHUN TI PARA PUPUHU KARATON PAKUAN PAJAJARAN, KANGGO ANDIKA MIMPIN RAKYAT SUPAYA SEJAHTRA, RUKUN, DAMAI, ADIL, AMAN TENTREM. ITEUK KARUHUN PAJAJARAN , ITEUK KAROMAH , ITEUK ALIF WARISAN PRABU KIANSANTAN TI PANGERSA SAIDINA ALI ANU NYIMBOLKEUN TAUHID, NGAGANTUNGKEUN SADAYA-DAYA HIRUF KAHIRUPAN DUNIA PANCA BUANA KA NUMAHA TUNGGAL ALLAH SWT.
KUSABAB ANDIKA AYEUNA MIMPIN UMAT DI TATAR SUNDA, MAKA DINA MIMPIN KUDU BOGA KAKUATAN LAHIR JEUNG BATIN, MANGKA ANDIKA KUDU NYEKEUL ITEUK ALIF PAKUAN PAJAJARAN KANGO NUDUHKEUN MACA QURAN KA UMAT, SUPAYA HIRUPNA BISA DIARAHKEUN KU QURAN PADOMAN HIRUP PANJAGA KASAIMBANGAN ALAM SEMESTA.
ITEUK ALIF PAJAJARAN IEU, DIWARISKEUN KU PARA KARUHUN PAKUAN PAJAJARAN ANU NYEPENG TATAR SUNDA ANU MIMPIN KU AJARAN ISLAM, MAKA PARA KARUHUN NGAWASIATKEUN KA ANJEUN, KUDU MIMPIN UMAT KU AJARAN AGAMA ISLAM, SUPAYA UMAT SALAMEUT DUNIA JEUNG AKHIRAT. JEUNG KUDU NGAHARGAAN NGAMOMOLE BUDAYA SUNDA ANU EUNGEUS NGAJASAAN NGAWANGUN TATAR SUNDA KU AJARAN ISLAM ANU RAHMATAN LIL ALAMIN.

 

BOLES ( BOLA LEUNGEUN SENEU )

OLAHRAGA TRADISIONAL MAEN BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES) YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA TAK BENDA INDONESIA ( WBTBI)
 

A. SEJARAH MAEN BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES)

Seni Main Bola Leungeun Seuuneu ( BOLES ) berangkat dari Seni Budaya Nyo-nyo O seuneu pada abad XIII – XIV masa kerajaan Pajajaran, tercatat pada kitab Suwasit Museum Prabu Siliwangi Kota Sukabumi, yang asal mulanya permaenan bola seuneu dari sejarah ke saktian Prabu Siliwangi yang tahan api dan mampu mengeluarkan api dari tangannya yang kemudian diajarkan kepada tentara Pajajaran, sehingga mampu menundukan maung bodas yang menjadi pengikut dari Prabu Siliwangi, hal ini dijelaskan dalam Kitab Suwasit :

 

Sasakala maung bodas Pajajaran nu guguyub ka batara sungki nu punggawa wajan sungki saketi sinu diwastu Pajajaran saketi

 

Artinya : Carita maung bodas anu nurut ka pimpinan anu Gagah Pajajaran sareng punggawa anu anti seuneu Pajajaran anu anti seuneu

Artinya dalam bahasa Indonesia Sejarah cerita harimau putih yang ditundukan oleh Pimpinan atau raja Pajajaran yang gagah dengan punggawa nya yang memiliki kesaktian anti api tahan terhadap panas api.

         Cerita diatas dalam kitab suwasit museum prabu siliwangi mengawali tradisi kebiasaan maen bola seuneu yag berawal dari kesaktian Prabu Siliwangi Raja Pajajaran berserta punggawa dan tentaranya yang biasa nyo nyo o seuneu atau mempermainkan api sehingga tahan terhadap api, kesaktian dari ilmu kanuragan Prabu Siliwangi menyebabkan harimau putih yang ada diwilayah kerajaan Pajajaran menjadi tunduk dan takluk kepada Raja Pajaran berikut juga terhadap para prajurit Pajajaran yang memiliki kemampuan tahan api.

        Kemampuan dari tahan api tersebut menjadi kebiasaan permainan Nyo-Nyo Seuneu, diistana kerajaan Pajajaran yang kemudian menjadi tradisi seni budaya dan seni silat pajajaran dalam mengolah tenaga dalam menjadi hawa panas yang tinggi sehingga bisa tahan api dan mampu dari pengolahan tenaga dalam ini menimbulkan api dari tangan yang dijelaskan dalam kitab suwasit museum Prabu Siliwangi :

 

Nu diwastu batara sungki punggawa pakuan Pajajaran nu dibalay ka maung bodas ka sungki saketi

 

Artinya : Anu dibantos ku raja anu gagah sareng prajurit anu dibantos ku maung bodas anu tiasa ngaluarkeun seuneu atawa bakal seuneu

        Kemampuan mengolah tenaga dalam menjadi hawa panas yang tinggi sehingga bisa mengeluarkan api atau bakal api dari tangan ini yang menyebabkan tangan dan badan dari prajurit Pajajaran kuat tahan api, maka sejak itu lahirlah di Pajajaran tradisi nyo-nyo o seuneu yaitu tradisi menjadi seni budaya yang dipertunjukan pada jaman kerajaan Pajajaran untuk acara penyambutan kedatangan Raja dan Upacara kebesaran Kerajaan Pajajaran yang menonjolkan unsur Seni dan Olahraga. 

 

        Seni budaya yang kemudian dikembangkan kembali oleh paguron silat Sang Maun Bodas yang ada di pesantren Dzikir Al-Fath menjadi Olahraga Tradisi Maen Bola Leungeun Seuneu, sedangkan di daerah Cirebon dan Jawa tengah serta jawa timur di kalangan Pesantren menjadi kebiasaan para santri memainkan bola sepak atau bola kaki api, tetapi ada bedanya yang dilaksanakan di pesantren Dzikir Al-Fath permainan bola api tidak di tendang sama kaki tapi dimainkan dengan tangan, yang kemudian dikenal dengan Olahraga Tradisi Maen Bola Leungeun Seuneu atau Maen BOLES.

 

         Unsur Seni pada Main Bola Leungeun Seuneu ( BOLES ) adalah adanya gerakan pencak silat untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan Seni Main Bola Leungeun Seuneu ( BOLES ) sedangkan unsur olahraga pada Seni Main Bola Leungeun Seuneu ( BOLES ) adalah adanya kekuatan Fisik dan Kanuragan pengolahan tenaga dalam, tetapi bagi orang awam yang tidak melatih tenaga dalam maka permainan Boles dapat dilakukan dengan bantuan Obat Herbal Anti Panas, sehingga sebelum melakukan permainan Boles setiap peserta harus menyelupkan tangannya dulu kepada ramuan anti panas, sehingga dapat tahan dari panasnya bola api, ramuan obat herbal anti panas ditemukan oleh Pimpinan Pesantren Dzikir Al-Fath agar permainan ini dapat dimainkan dan dipertandingkan oleh siapapun. Bolanya terbuat dari kelapa yang sudah tua kemudian dikupas kulit dan dibentuk menyerupai bola lalu direndam didalam minyak tanah selama kurang lebih satu hari sampai meresap ke dalam sabut kelapa, kemudian pada waktu dibakar bola tersebut mengeluarkan Api yang besar. 

 

         Perkembangan Seni Main Bola Leungeun Seuneu ( BOLES ) oleh Pesantren Dzikir Alfath , Museum Prabu Siliwangi dan paguron Maung Bodas yang Dipimpin oleh Muhammad Fajar Laksana bersama IPSI Kota Sukabumi dijadikan Seni Pertunjukan yang dipertandingkan, dan menjadi Icon IPSI Kota Sukabumi, dan dipertandingkan dalam Porkot, pekan olahraga Kota Sukabumi.

B. MAKNA DAN FILOSOFI MAEN BOLA LEUNGEUN SEUNEU (BOLES )

Makna Bola Leungen Seuneu ( BOLES )
BOLES memiliki Makna yang kuat yaitu, Api itu gambarannya adalah hawa nafsu bagaimana seorang satria, seorang santri, seorang jawara itu sesungguhnya adalah bukan bisa mengalahkan orang lain tapi dengan bermain bola leungeun seuneu ini adalah orang yang sakti, orang yang memiliki kemampuan bela diri adalah mampu mengendalikan hawa nafsunya. Api yang di permainkan di lempar -lepar /Lambung menggambarkan bagaimana kita bisa mengendalikan hawa nafsu, hawa nafsu itu di gambarkan seperti api, tapi kalau hawa nafsu itu bisa kita kendalikan, maka kita bisa membuat hawa nafsu itu bermanfaat.

Filosofi Bola Leungen Seuneu ( BOLES )
BOLES memiliki Filosofi yaitu Bagaimana melatih Keberanian dan kemuadian focus kepada satu tujuan untuk memasukan bola kedalam gawang/ring tetapi dengan butuh keberanian dan kemudian focus dan kerjasama team work sehingga kemudian permasalahan apapun juga bisa di selsaikan dengan baik dan mendapatkan hasil yang luar biasa maka permainan ini punya manfaat yang luar biasa melatih keberanian, melatih team work, melatih bagaimana mengendalikan hawa nafsu dan permainan ini juga termasuk untuk dalam rangka memelihara tradisi budaya sunda yang sudah hilang

C. PERATURAN PERMAINAN BOLA LEUNGEUN SEUNEU ( BOLES )

PERATURAN PERMAINAN BOLA LEUNGEUN SEUNEU ( BOLES )

 

a). Aturan Permainan Bola Tangan Api/Boles

 

Tujuan Permainan Boles (Bola Leungeun Seuneu)

  1. Meningkatkan Keimanan Dan Ketaqwaan Kepada Allah
  2. Melatih Keberanian Dan Kebersamaan 
  3. Melatih Jiwa Satria Dan Berani Menghadapi Masalah Dengan Tetap Fokus Pada Tujuan
  4. Melestarikan Budaya Sunda.
  5.  

b). Pakaian (Kaos Team) Dan Peralatan

  1. Pemain Memakai Baju Tangan Pendek Warna Hitam
  2. Pemain Memakai Celana Panjang Warna Hitam
  3. Ikat Kepala Warna Hitam Dan Putih Untuk Masing-Masing Regu
  4. Seperangkat Kendang Pencak
  5. Bola Api Yang Terbuat Dari Kelapa
  6. Dua Ring Bola Keranjang 
  7. Seperangkat Lisung Untuk Pemanasan Permaena Boles
  8. Cambuk Api Dan Tebu Untuk Pemanasan Permaenan Boles
  9. Suporter Pendukung Permaenan Menggunakan Rompi Kuning
  10.  Air Daun Sirih Untuk Antiseptik Apabila Ada Yang Luka
  11. Obat-Batan Herbal Anti Luka.
  12.  

c). Jumlah Pemain Dan Pendukung Permaenan

  1. Satu Team  Berjumlah 4 Orang & Cadangan 2 Orang
  2. Suporter Pendukung Masing-Masing 5 Orang
  3. Kendang Pencak.
  4.  

d). Waktu

  1. Durasi Waktu 2×3 Menit
  2.  

e). Ukuran Lapangan Boles (Bola Leungeun Seuneu)

Panjang 10 Meter Lebar 5 Meter

Batas Tengah 5 Meter, Bentuk Lapang Empat Persegi Panjang, Garis Lapang Hanya Garis Lurus, Disamping Dan Ditengah Lapang

 

f). Pembukaan Atau Pemanasan Permaenan Boles

1.Seluruh Pemain Bola Leungeun Seuneu Untuk Pemanasan Diwajibkan Mengikuti Tradisi Menggotong Lisung

2.Setelah Menggotong Lisung Maka Setiap Regu Pemain Boles Harus Menunjukan Kekuatan Fisik Dengan Dicambuk Api Dan Dipukul Pake Tebu Untuk Pemanasan Membangkitkan Kekuatan Tubuh Dan Tenaga Dalam Untuk Persiapan Bermain Boles

3.Dalam Setiap Gerakan Harus Menunjukan Gerakan Silat

  1. Sebelum Bermain Harus Dimulai Dengan Berdoa Dan Salam Maung Bodas
  2.  

g). Pemain Bermain Pencak Silat Dan Joget Silat

Setiap Bola Keluar Maka Harus Bermaen Silat Atau Berjoget Pendekar Dengan Menggunakan Gerakan Silat Yang Diiringi Musik Kendang Pencak, Atau Gerakan Silat Tanda Gembira Memasukan Bola

 

h). Pembagian Bola Api

  1. Pembagian Bola Api Ditengah Lapang Dipimpin Oleh Seorang Wasit 
  2. Bola Yang Masuk Ring Maka Dibagikan Ditengah Lapang Oleh Wasit Yang Diberikan Bola Api Kepada Team Yang Kalah
  3. Bola Dibagikan  Di Garis Belakang, Apabila Keluar Dari Belakang
  4. Bola Dibagikan Dari Pinggir Lapang Apabila Keluar Dari Pinggir Lapang
  5.  

i). Pelanggaran

  1. Pemain Mendorong Ataupun Memukul Lawan 
  2. Pemain Menendang Lawan
  3. Bola Mengenai Kaki Dengan Di Sengaja
  4. Pemain Melempar Bola Kemuka Lawan Ataupun Kebagian Tubuh  Lain Kecuali Tangan 
  5. Merebut Bola Api Yang Sedang Dimainkan Sambil Diam Berdiri, Merebut Bola Diijinkan Ketika Sedang Dibawa Atau Dioperkan Oleh Lawan
  6. Jika Ada Pemain Yang Terluka Maka Permainan Akan Di Hentikan Sejenak Dan Di Gantikan Dengan Pemain Cadangan
  7.  

j). Membawa Bola

  1. Membawa Bola Api Harus Dengan Tangan Maksimal 3 Langkah Kemudian Dioper
  2. Boleh Membawa BolaApi Tetapi Harus Dilambung-Lambung Dengan Kedua Tangan.
  3. Jika Sedang Memainkan Bola ApiBerdiri Ditempat Tidak Boleh Di Rebut Kecuali Sedang Berjalan Atau Sedang Dioperkan
  4.  

k). Mengoper Bola

  1. Mengoper Bola Api Harus Dilambung Tidak Boleh Di Dorong/Mendatar Dan Dipukul
  2. Durasi Waktu Bola Dalam Genggaman Maksimal  5 Detik
  3.  

l). Menangkap Bola Api

  1. Harus Menggunakan Tangan
  2.  

m). Bola Keluar (Out)

  1. Bola Dinyatakan Keluar (Out) Apabila Telah Melewati Garis Yang Di Tentukan
  2.  

n). Memasukan Bola

Bola Api Dinyatakan Masuk Apabila:

  1. Memasukan Bola Api Dengan Tangan
  2. Tepat Pada Lingkaran Ring Lawan.

Permainan Boles ini juga sudah mendapakan HAK PATEN HAKI dari KEMENKUMHAM serta sudah menjadi Olahraga Tradisi ICON KOTA SMI yang dibina oleh Organisasi KORMI DAN IPSI KOTA SUKABUMI.

 

PRESTASI – PRESTASI 

Prestasi yang diperoleh dari Permainan Boles yaitu Dalam Pertandingan  OLAHRAGA TRADISIONAL (OTRAD) ditingkat jawa barat mendapat juara 1, ditingkat Nasional Juara ke 2. dikirim mewakli Indonesia ke  FESTIVAL INTERNASIONAL yaitu TRADISIONAL FESTIVAL INTERNASIONAL (TAFISA)  DI PORTUGAL. dan juga mendapatakan penghargaan penampilan terbaik di Negara Turky dalam Festival budaya antar bangsa yg diselenggarakan di Universitas Sakarya  di Turkey.

Selanjutnya Permainan Boles ini juga kemudian sudah ditetapkan menjadi WARISAN BUDAYA TAK BENDA INDONESIA (WBTBI).

DOKUMENTASI